1. Pemeriksaan
Bahan
1.1.
Pemeriksaan Bahan Kerikil dan Pasir
-
Kerikil
o
Timbang kerikil seberat 5 kg.
o
Kerikil dimasukkan dalam keranjang lalu direndam dalam
bak air. Setelah kerikil dikeluarkan dari bak air kemudian di lap dengan
kain sampai permukaannya lembab.
o
Didapat kerikil yang SSD untuk kemudian dapat
digunakan sebagai bahan untuk percobaan campuran beton.
-
Pasir
a. Pasir basah
diletakkan dan diangin-anginkan (dibalik-balikkan) selama beberapa
jam.
b. Kemudian
pasir diuji dengan memakai alat corong/kerucut sebagai berikut:
- Pasir
diisi kedalam corong/kerucut dalam tiga lapis kemudian dimampatkan
dengan menjatuhkan tongkat besi berulang-ulang sebanyak 25 kali
(lapis 1 dirojok 10 kali, lapis 2 sebanyak 10 kali dan lapis 3
sebanyak 5 kali) dengan tinggi jatuh 5 cm.
- Pasir yang
diinginkan (dalam keadaan SSD) diusahakan mempunyai bentuk yang
tetap hanya puncaknya yang sedikit longsor.
- Pasir
kering oven ditimbang seberat 500 gr
- Kerikil
kering oven ditimbang 500 gr
- Pasir
kering oven dicuci, sehingga air untuk mencuci pasir tersebut terlihat
jernih. Kemudian di oven kembali dan ditimbang beratnya.
- Kemudian
dicari kadar lumpurnya. Untuk pasir kadar lumpurnya harus <5%,
sedangkanuntuk kerikil kadar lumpurnya harus <1%
1.2.
Pemeriksaan Kandungan Lumpur Untuk Pasir dan Kerikil
1.3.
Pemeriksaan Kadar Air
- Pasir dalam
keadaan sesungguhnya, bukan SSd ditimbang
- Kerikil
dalam keadaan sesungguhnya, bukan SSd ditimbang
- Keringkan pasir
dan kerikil tersebut dalam oven 100 C – 110 c selama 24 jam
- Timbang pasir
dan kerikil yang sudah dioven.
- Dari
pemeriksaan diatas diperoleh prosentase kandungan air pasir dan kerikil
1.4.
Pemeriksaan Berat Jenis Agregat
- Pemeriksaan
Berat Jenis Agregat Halus
- Timbang
pasir yang sudah SSD sebanyak 500 gr (A), berat pasir kering oven (B)
- Ambil
piknometer lalu isi dengan air sebanyak 500 cc lalu timbang beratnya
(C)
- Masukkan
pasir SSD kedalam piknometer lalu masukkan air sampai mencapai tanda 500
cc.
- Tutup
mulut piknometer dengan telapak tangan lalu piknometer di bolak balik agar
udara yang terperangkap diantara butiran pasir dapat keluar, sehingga
permukaan air turun, tambahkan air lagi sampai permukaannya mencapai tanda
batas 500 cc, kemudian timbang berat piknometer yang berisi pasir dan air
tersebut ( D ).
- Pemeriksan
Berat Jenis Agregat Kasar
- Timbang
kerikil SSD (A)
- Timbang
kerikil kering oven (B)
- Masukkan
keranjang kawat berisi kerikil tsb kedalam bak air dan dicelupkan selama
15 menit sehingga gelembung-gelembung udara dapat keluar, kemudian
ditimbang berat benda uji dalam air
- Kerikil
diangkat kemudian dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang (SSD/jenuh kering permukaan), kemudian ditimbang
beratnya.
1.5. Pemeriksaan
Berat Satuan Volume Agregat dan Semen
·
Pasir dan Kerikil yang digunakan dalam keadaan SSD.
·
Masukkan benda uji kedalam container dengan hati-hati
agar tidak ada butiran yang keluar.
·
Ratakan permukaan pasir hinga rata dengan bagian atas
container, dengan menggunakan sendok perata.
·
Timbang berat container yang berisi benda uji tersebut
( A ).
·
Container didisi air sanpai penuh kemudian ditimbang
beratnya ( B ), sehingga volume container = ( B – A ) liter.
·
Satu set ayakan disusun secara berurutan dengan
diameter lubang terbesar berada paling atas kemudian ayakan dengan diameter
lubang lebih kecil dibawahnya.
·
Timbang 1500 gr pasir kering ( setelah dioven
) lalu masukkan keayakan teratas (diameter 9,5mm ) dan ayakan tersebut
ditutup.
·
Susunan ayakan diletakkan diatas mesein pengayak.
Pengayakan dilakukan selama 10 menit.
·
Pasir yang tertinggal didalam masing-masing ayakan
dipindahkan ketempat/bejana lain/diatas kertas.
Agar tidak ada pasir yang tertinggal didalam ayakan, maka ayakan harus
dibersihkan dengan sikat lembut.
·
Timbang masing-masing pasir tersebut. Penimbangan
sebaiknya dilakukan secara komulatif, yaitu dari butir pasir yang kasar dahulu
, kemudian ditambahkan dengan butir pasir yang lebih halus sampai semua
pasirtertimbang. Catat berat pasir setiap penimbangan. Pada langkah ini harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada butir pasir yang hilang.
·
Modulus kehalusan pasir = jumlah % tertinggal
komulatif pada tiap ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya
berbanding 2 kali lipat dimulai dari ayakan berukuran lubang 0,15 mm.
1.6.
Pemeriksaan Gradasi Pasir dan Kerikil
- Pemeriksaan
Gradasi Pasir
- Satu set
ayakan disusun secara berurutan dengan diameter lubang terbesar berada
paling atas kemudian ayakan dengan diameter lubang lebih kecil dibawahnya.
- Timbang
1500 gr pasir kering ( setelah dioven ) lalu masukkan keayakan
teratas ( diameter 9,5 mm) dan ayakan tersebut ditutup.
- Susunan
ayakan diletakkan diatas mesein pengayak. Pengayakan dilakukan selama 10
menit.
- Pasir yang
tertinggal didalam masing-masing ayakan dipindahkan ketempat/bejana
lain/diatas kertas. Agar tidak ada pasir
yang tertinggal didalam ayakan, maka ayakan harus dibersihkan dengan sikat
lembut.
- Timbang
masing-masing pasir tersebut. Penimbangan sebaiknya dilakukan secara
komulatif, yaitu dari butir pasir yang kasar dahulu , kemudian ditambahkan
dengan butir pasir yang lebih halus sampai semua pasirtertimbang. Catat
berat pasir setiap penimbangan. Pada langkah ini harus dilakukan dengan
hati-hati agar tidak ada butir pasir yang hilang.
- Modulus
kehalusan pasir = jumlah % tertinggal komulatif pada tiap ayakan dari
suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya berbanding 2 kali lipat dimulai
dari ayakan berukuran lubang 0,15 mm.
- Pemeriksaan
Gradasi Kerikil
- Diambil
kerikil kering oven seberat 1500 gram.
- Satu
ayakan disusun secara berurutan dengan diameter lubang terbesar berada
paling atas kemudian ayakan dengan diameter lubang yang lebih kecil
dibawahnya.
- Masukkan
kerikil dengan berat 1500 gram kedalam ayakan yang paling atas.
- Susunan
ayakan diletakkan diatas mesin penggetar ayakan. Pengayakan dilakukan
selama 10 menit sampai tidak ada lagi kerikil yang lolos pada
masing-masing ayakan.
- Timbang
masing-masing kerikil tersebut. Penimbangan sebaiknya dilakukan secara
komulatif, yaitu dari butir kerikil yang kasar dahulu , kemudian
ditambahkan dengan butir pasir yang lebih halus sampai semua kerikil
tertimbang. Catat berat kerikil setiap kali penimbangan . Pada langkah ini
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada butir kerikil yang hilang.
- Modulus
kehalusan kerikil = jumlah % tertinggal komulatif pada tiap
ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya berbanding 2 kali
lipat dimulai dari ayakan berukuran lubang 0,15 mm
2. Perencanaan
Komposisi Beton
- Hitung
kuat tekan rata-rata.
- f’cr
= f’c + m
- m
= 9,84
- Tentukan
nilai factor air semen ( f a s ) bebas.
- Tentukan
nilai slump
- Tentukan
ukuran maksimum kerikil
- Tentukan
kadar air bebas.
- Jumlah
semen = kadar air bebas/ f a s.
- Jumlah
semen minimum.
- Susunan
butir agregat halus zone 2
- Persentase
agregat halus
- Berat
jenis relative agregat.
- Berat
volume beton.
- Kadar
agregat gabungan = Berat volume beton –(jumlah semen +kadar air
bebas )
- Agregat
halus.
- Kadar
agregat kasar.
- Sebelum
dipakai cetakan beton bagian dalamnya diberi minyak pelumas atau oli
agar beton yang dicetak tidak melekat pada cetakan.
- Timbang
bahan sesuai kompsisi yang sudah ditetapkan.
- Campur
semua bahan dalam mesin pengaduk.
- Setelah
campuran dianggap cukup plastis, ukur nilai slumpnya.
- Pengisian
adukan beton dilakukan dalam 3 lapisan yang tiap lapisnya kira-kira
bervolume yang sama.
- Tiap lapis
dirojok dengan batang baja penumbuk 25 kali, agar pori-pori yang terjadi
seminimal mungkin.
- Setelah
dirojok ratakan bagian atas cetakan dengan tongkat perata.
- Pindahkan
cetakan yang sudah terisi beton kedalam ruangan yang lembab/laboratorium,
diamkan
- Selama 24
jam sebelum cetakan dibuka.
- Setelah
cetakan dibuka, tutupi beton dengan karung goni yang telah dibasahi air.
Perawatan dilakukan 2 hari sekali dengan menyiram beton dan karung
goni dengan air selama 28 hari ( terhitung mulai saat cetakan dibuka
)
- Setelah
umur 28 hari dilakukan uji kuat tekan beton untuk silinder
3.
Pembuatan Beton
4.
Penentuan Nilai Slum
Alat yang digunakan :
- Cetakan
berupa corong kerucut terpancung dengan diameter dasar 20 cm,
diameter atas 10 cm dan tinggi 30 cm ( bagian atas dan bagian bawah
cetakan terbuka ).
- Tongkat
pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung bulat (dibuat dari
baja tahan karat ).
- Pelat
logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air.
- sendok
spesi/cetok.
- penggaris/mistar.
Cara kerja :
- Basahi
kerucut terpancung dan pelat dengan kain basah agar tidak menyerap
kandungan air pada beton.
- Letakkan
kerucut terpancung diatas pelat.
- Kerucut
terpancung diisi dalam 3 lapis. Setiap lapis beton segera dirojok dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali. Perojokan harus merata selebar permukaan
lapisan dan tidak boleh sampai masuk kedalam lapisan beton sebelumnya.
- Setelah
pemadatan terakhir, permukaan bagian atas diratakan dengan tongkat pemadat
sehingga rata dengaan sisi atas cetakan.
- Setelah
itu didiamkan selama 1 menit. kemudian kerucut diangkat
perlahan-lahan tegak lurus keatas agar bagian bawah cetakan tidak
menyentuh campuran beton.
- Pengukuran
nilai slump dilakukan dengan meletakkan kerucut disamping beton segar dan
meletakkan penggaris/batang baja diatasnya mendatar sampai diatas beton
segar.
- Benda uji
beton segar yang terlalu cair akan tampak bentuk kerucutnya hilang sama
sekali, meluncur dan dengan demikian nilai slump tidak dapat diukur,
sehingga benda uji harus diulang. Beton yang mempunyai perbandingan
campuran yang baik adlah apabila setelah pengangkatan menunjukkan
penurunan bagian atas secara perlahan-lahan dan bentuk kerucutnya tidak
hilang.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar